PANCA SILA BUDDHIS

1. Pāṇatipātā veramaṇi sikkhāpadaṁ
samādiyāmi
2. Adinnādānā veramaṇi sikkhāpadaṁ
samadiyāmi
3. Kāmesu micchācārā veramaṇi
sikkhāpadaṁ samādiyāmi
4. Musāvādā Veramaṇi Sikkhāpadaṁ
Samādiyāmi
5. Surāmeraya Majjapamādaṭṭhānā
Veramaṇi Sikkhāpadaṁ Samādiyāmi

Suatu pembunuhan telah terjadi apabila terdapat 5 faktor, yaitu:
1. Ada makhluk hidup.
2. Mengetahui bahwa makhluk itu masih
hidup.
3. Berniat untuk membunuh
4. Melakukan usaha untuk membunuh
5. Makhluk tersebut mati karena usaha
itu.

Akibat melanggar sila 1 :
1. lahir kembali dengan keadaan cacat
2. mempunyai wajah yang buruk
3. mempunyai perawakan yg jelek
4. berbadan lemah dan penyakitan
5. tidak begitu cerdas
6. selalu khawatir/cemas/takut
7. dimusuhi dan dibenci banyak orang
8. terpisah dari orang yang dicintai
9. berumur pendek
10. mati dibunuh orang lain

Suatu pencurian telah terjadi bila terdapat 5 faktor yaitu:
1. Suatu barang milik orang lain.
2. Mengetahui bahwa barang itu ada
pemiliknya.
3. Berniat untuk mengambilnya.
4. Melakukan usaha untuk
mengambilnya.
5. Berhasil mengambil melalui usaha itu.

Akibat dari melanggar Sila Kedua
1) Tidak mempunyai harta benda dan kekayaan
2) Terlahir dalam keadaan melarat atau miskin
3) Menderita kelaparan
4) Tidak berhasil memperoleh apa yang diinginkan dan didambakan
5) Menderita kebangkrutan atau kerugian dalam usaha dagang
6) Sering ditipu atau diperdaya
7) Mengalami kehancuran karena bencana atau malapetaka

Suatu tindakan asusila telah terjadi bila terdapat 5 faktor yaitu:
1. Orang yang tidak patut disetubuhi.
2. Mempunyai niat untuk menyetubuhi orang tersebut.
3. Melakukan tipu daya untuk
menyetubuhinya.
4. Melakukan usaha untuk
menyetubuhinya.
5. Berhasil menyetubuhinya.

wanita yang tidak patut disetubuhi (agamaniaoutthu) adalah:
1. Wanita di bawah perlindungan ibunya
(Maturakkhita)
2. Wanita di bawah perlindungan
ayahnya (Piturakkhita)
3. Wanita dalam perlindungan ayah dan
ibunya (Matapiturakkhita)
4. Wanita dalam perlindungan kakak
perempuannya atau adik
perempuannya (Bhaginirakhita)
5. Wanita dalam perlindungan kakak
lelakinya atau dalam perawatan adik
lelakinya (Bhaturakkhita)
6. Wanita dalam perlindungan sanak
keluarganya (Natirakkhita)
7. Wanita dalam perlindungan orang
sebangsanya (Gotarakkhita)
8. Wanita dalam perlindungan pelaksana
Dharma (Dhammarakkhita)
9. Wanita yang sudah dipinang oleh raja
atau orang-orang yang berkuasa
(Saparidanda)
10. Wanita yang sudah bertunangan
(Sarakkheta)
11. Wanita yang sudah dibeli oleh
seorang lelaki, atau telah digadaikan
oleh orangtuanya (Dhanakkheta)
12. Wanita yang tinggal bersama lelaki
yang dicintainya (Chandavisini)
13. Wanita yang rela dikawini oleh lelaki
karena mengharapkan harta benda
(Bhagavasini)
14. Wanita yang rela dikawini oleh lelaki
karena mengharapkan barang-
barang sandang (Patavansini)
15. Wanita yang resmi menjadi istri
seorang lelaki dalam suatu upacara
adat istiadat (Odapattagagini)
16. Wanita yang menjadi istri seorang
lelaki yang membebaskannya dari
perbudakan (Abhatasumbatta)
17. Wanita tawanan yang kemudian
dikawini oleh seorang laki-laki
(Dhajabata)
18. Wanita pekerja yang dikawini oleh
majikannya (Kammakaribhariya)
19. Wanita budak yang kemudian
dikawini oleh majikannya (Dasibhari)
20. Wanita yang menjadi istri seorang
lelaki dalam jangka waktu tertentu
(Muhuttika)

Yang dimaksudkan dengan berhasil menyetubuhi atau berhubungan kelamin adalah berhasil memasukkan alat kelaminnya ke dalam salah satu dari
1. Rahim
2. Dubur
3. Mulut
walaupun sedalam biji wijen.

Akibat dari melanggar Sila Ketiga
(1) Mempunyai banyak musuh
(2) Dibenci banyak orang
(3) Sering diancam dan dicelakai
(4) Terlahir sebagai banci/waria atau wanita jalang
(5) Mempunyai kelainan jiwa
(6) Diperkosa orang lain
(7) Sering mendapat aib/malu
(8) Tidur mapun bangun dalam keadaan gelisah
(9) Tidak disenangi oleh laki-laki maupun perempuan
(10) Gagal dalam bercinta
(11) Sukar mendapat jodoh
(12) Tidak memperoleh kebahagiaan dalam hidup berumah tangga
(13) Terpisah dari orang yang dicintai

Musavada telah terjadi bila terdapat 4 faktor yaitu:
1. Sesuatu atau hal yang tidak benar.
2. Mempunyai niat untuk menyesatkan.
3. Berusaha untuk menyesatkan.
4. Orang lain jadi tersesat.

Dalam Kakacūpama Sutta, MAJJHIMA NIKĀYA 1, Buddha mengatakan bahwa, ucapan benar dapat terjadi apabila terdapat 5 syarat sebagai berikut:
1. Ucapan itu tepat pada waktunya.
2. Ucapan itu sesuai kebenaran.
3. Ucapan itu lembut.
4. Ucapan itu bermanfaat.
5. Ucapan itu penuh cinta kasih.

Akibat dari melanggar Sila Keempat
1) Bicaranya tidak jelas
2) Giginya jelek dan tidak rata/rapi
3) Mulutnya berbau busuk
4) Perawakannya tidak normal, terlalu gemuk atau kurus, terlalu tinggi atau pendek
5) Sorot matanya tidak wajar
6) Perkataannya tidak dipercayai walaupun oleh orang-orang terdekat atau bawahannya

Sila kelima ini telah dilanggar, apabila terdapat 5 macam faktor yaitu:
1. Ada sesuatu yang merupakan“Sura”,
“Meraya” atau “Majja” yaitu sesuatu
yang membuat nekat,mabuk, tidak
sadarkan diri, yang menjadi dasar
dari kelengahan dan kecerobohan.
2. Ada niat untuk meminum,
menggunakannya.
3. Meminum atau menggunakannya.
4. Timbul gejala-gejala mabuk.
5. mabuk (Kehilangan kesadaran).


akibatt dri melanggar Sila Kelima (melakukan pemabukan)


1) Dalam Anguttara Nikaya, Sutta Pitaka, Buddha Gotama menekankan betapa besar akibat negatif yang ditimbulkan dari pemabukan:”Duhai para Bhikkhu, peminum minuman keras secara berlebihan dan terus-menerus niscaya dapat menyeret seseorang dalam alam neraka, alam binatang, alam iblis. Akibat paling ringan yang ditanggung oleh mereka-yang karena kebajikan lain, terlahir sebagai manusia gila/sinting”.

2) Dalam bagian lain beliau juga mengatakan:”ada tiga macam hal, duhai para bhikkhu, yang apabila dilakukan tidak pernah dapat membuat kenyang. Apakah tiga hal itu? Tiga hal itu ialah bertiduran, bermabuk-mabukan, dan bersetubuhan”.

3) Terlahir kembali sebagai orang gila; tingkah kesadaran/kewaspadaannya rendah; tidak memiliki kecerdasan; tidak mempunyai banyak pengetahuan; bersifat ceroboh; pikun; pemalas; sulit mencari pekerjaan; sukar memperoleh kepercayaan orang lain



PANCASILA yang bersifat aktif adalah PANCADHAMMA :
1. Metta-Karuna (cinta kasih-belas kasihan)
2. Samma Ajiva (mata pencaharian benar)
3. Santutthi (puas dg apa yg dimiliki)
4. Sacca (kebenaran/kejujuran)
5. Sati Sampajanna (ingat dan waspada)

Sedangkan Pancadhamma adalah lima upaya benar yang perlu dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari agar seseorang dapat terhindar dari pelanggaran Pancasila Buddhis.
Dari berbagai sumber Dhamma disebutkan isi Pancadhamma yang berhubungan dengan pelaksanaan Pancasila Buddhis yaitu :

1. Mengembangkan cinta kasih (metta), agar tidak melakukan pembunuhan,

2. Melatih kebiasaan berdana agar tidak melakukan pencurian,

3. Mengembangkan sifat mudah puas khususnya kepada pasangan hidup sehingga tidak melakukan perjinahan atau perselingkuhan,

4. Mengembangkan kejujuran agar tidak melakukan kebohongan, dan

5. Mengembangkan konsentrasi dalam bermeditasi sehingga tidak mabuk-mabukan. Kiranya dari uraian di atas dapatlah diketahui secara jelas hubungan pelaksanaan Pancadhamma dengan upaya melaksanakan Pancasila Buddhis.