5 KEKUATAN

Aṅguttara Nikāya
5.14. Secara Terperinci

“Para bhikkhu, ada lima kekuatan ini.

Apakah lima ini?

Kekuatan keyakinan,
kekuatan kegigihan,
kekuatan perhatian,
kekuatan konsentrasi, dan
kekuatan kebijaksanaan.

(1) “Dan apakah, para bhikkhu, kekuatan keyakinan? (saddhābalaṁ)

Di sini,
seorang siswa mulia memiliki keyakinan.
Ia berkeyakinan pada pencerahan Sang Tathāgata sebagai berikut:
‘Sang Bhagavā adalah seorang Arahant, tercerahkan sempurna, sempurna dalam pengetahuan sejati dan perilaku, sempurna menempuh sang jalan, pengenal dunia, pelatih terbaik bagi orang-orang yang harus dijinakkan, guru para deva dan manusia, Yang Tercerahkan, Yang Suci.’

Ini disebut kekuatan keyakinan.

(2) “Dan apakah kekuatan kegigihan? (saddhābalaṁ)

Di sini,
seorang siswa mulia telah membangkitkan kegigihan untuk meninggalkan kualitas-kualitas tidak bermanfaat dan mendapatkan kualitas-kualitas bermanfaat;
ia kuat, kokoh dalam pengerahan usaha, tidak mengabaikan tugas melatih kualitas-kualitas bermanfaat.

---- (dari SN48.10)
Di sini, para bhikkhu,
siswa mulia berdiam dengan membangkitkan kegigihan untuk meninggalkan kondisi-kondisi yang tidak bermanfaat dan mendapatkan kondisi-kondisi yang bermanfaat;
ia kuat, teguh dalam usaha, tidak melalaikan tanggung jawab untuk melatih kondisi-kondisi yang bermanfaat.
Ia membangkitkan keinginan untuk tidak memunculkan kondisi-kondisi buruk yang tidak bermanfaat yang belum muncul;
ia berusaha, membangkitkan kegigihan, mengarahkan pikirannya, dan berupaya.
Ia membangkitkan keinginan untuk meninggalkan kondisi-kondisi buruk yang tidak bermanfaat yang telah muncul;
ia berusaha, membangkitkan kegigihan, mengarahkan pikirannya, dan berupaya.
Ia membangkitkan keinginan untuk memunculkan kondisi-kondisi bermanfaat yang belum muncul;
ia berusaha, membangkitkan kegigihan, mengarahkan pikirannya, dan berupaya.
Ia membangkitkan keinginan untuk mempertahankan kondisi-kondisi bermanfaat yang telah muncul, untuk ketidak-rusakannya, meningkatkannya, memperluasnya, dan memenuhinya melalui pengembangan;
ia berusaha, membangkitkan kegigihan, mengarahkan pikirannya, dan berupaya.
----

Ini disebut kekuatan kegigihan.

(3) “Dan apakah kekuatan perhatian? (saddhābalaṁ)

Di sini,
seorang siswa mulia penuh perhatian,
memiliki perhatian dan keawasan tertinggi,
seorang yang mengingat dan
mengingat kembali apa yang telah dilakukan dan dikatakan pada waktu yang telah lama berlalu.

----- (dari SN48.10)
Di sini, para bhikkhu,
siswa mulia penuh perhatian,
memiliki perhatian dan kewaspadaan tertinggi,
seorang yang mengingat apa yang ia lakukan dan katakan pada waktu yang telah lama berlalu.
Ia berdiam dengan merenungkan jasmani dalam jasmani
… perasaan dalam perasaan
… pikiran dalam pikiran
… fenomena dalam fenomena, tekun, memahami dengan jernih, penuh perhatian, setelah melenyapkan ketamakan dan ketidak-senangan sehubungan dengan dunia.
-----

Ini disebut kekuatan perhatian.

(4) “Dan apakah kekuatan konsentrasi? (saddhābalaṁ)

Di sini,
dengan terasing dari kenikmatan-kenikmatan indria, terasing dari kondisi-kondisi tidak bermanfaat,
seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam jhāna pertama, dengan sukacita dan kenikmatan yang muncul dari keterasingan, yang disertai oleh pemikiran dan pemeriksaan.

Dengan meredanya pemikiran dan pemeriksaan,
ia masuk dan berdiam dalam jhāna ke dua, yang memiliki ketenangan internal dan keterpusatan pikiran, dengan sukacita dan kenikmatan yang muncul dari konsentrasi, tanpa pemikiran dan pemeriksaan.

Dengan memudarnya sukacita, ia berdiam seimbang dan, penuh perhatian dan memahami dengan jernih, ia mengalami kenikmatan pada jasmani;
ia masuk dan berdiam dalam jhāna ke tiga yang dinyatakan oleh para mulia:
‘Ia seimbang, penuh perhatian, seorang yang berdiam dengan bahagia.’

Dengan meninggalkan kenikmatan dan kesakitan, dan dengan pelenyapan sebelumnya atas kegembiraan dan kesedihan,
ia masuk dan berdiam dalam jhāna ke empat, yang bukan menyakitkan juga bukan menyenangkan, dengan pemurnian perhatian melalui keseimbangan.

Ini disebut kekuatan konsentrasi.

(5) “Dan apakah kekuatan kebijaksanaan? (saddhābalaṁ)

Di sini,
seorang siswa mulia bijaksana;
ia memiliki kebijaksanaan yang melihat muncul dan lenyapnya,
yang mulia dan menembus dan mengarah pada kehancuran penderitaan sepenuhnya.

----- (dari SN48.10)
siswa mulia bijaksana;
ia memiliki kebijaksanaan yang terarah pada muncul dan lenyapnya,
yang mulia dan dapat menembus, menuntun menuju kehancuran penderitaan sepenuhnya.

Ia memahami sebagaimana adanya:
‘Ini adalah penderitaan.’
..‘Ini adalah asal-mula penderitaan.’
..‘Ini adalah lenyapnya penderitaan.’
..‘Ini adalah jalan menuju lenyapnya penderitaan.’
-----

Ini disebut kekuatan kebijaksanaan.

“Ini, para bhikkhu, adalah kelima kekuatan itu.”

-AN5.14 (parallel SN48.9 dan 48.10)

https://suttacentral.net/an5.14/id/anggara?reference=none&highlight=false