KEMELEKATAN

Dhammapada (214)

ratiyā jāyatī soko, ratiyā jāyatī bhayaṃ.
ratiyā vippamuttassa, natthi soko kuto bhayaṃ.

Dari kemelekatan timbul kesedihan, dari kemelekatan timbul ketakutan; bagi orang yang telah bebas dari kemelekatan, tiada lagi kesedihan maupun ketakutan.

Upadana / kemelekatan terdiri dari 4 macam, yaitu :
a) Kama-upadana, ialah kemelekatan pada bentuk, suara, bau, rasa, sentuhan dan kesan pikiran. Atau kemelekatan pada kesenangan indra.
b) Ditthi-upadana, ialah kemelekatan pada pandangan yang salah, yaitu : yang benar dikatakan salah, yang baik dikatakan buruk, yang berguna dikatakan tidak berguna dan lain-Iainnya. Ibarat orang menyeberang dengan rakit, pada saat sudah sampai diseberang maka rakit hendaknya ditinggalkan, jika rakit tetap dibawa maka artinya orang tersebut melekat pada pandangan / ajaran guru-guru, ataupun melekat pada buku-buku yang dibacanya.
c) Silabbata-upadana, ialah kemelekatan pada upacara agama, yang menganggap bahwa upacara agama dapat menghasilkan kesucian.
d) Attavada-upadana, ialah kemelekatan pada kepercayaan tentang adanya "aku" atau "atta" yang kekal dan terpisah. Ketika kita merasa sakit kepala, kita mengatakan bahwa aku sakit kepala / kepala-ku sakit; padahal sebenarnya jasmani yang sakit bukan aku; bahwa sebenarnya jasmani ini bukanlah milik-ku.

Kemelekatan muncul karena tanha (nafsu keinginan); tanha muncul karena perasaan

3 jenis tanha :
A) Kama-tanha, ialah nafsu keinginan terhadap kesenangan indria penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan sentuhan.
B) Bhava-tanha, ialah nafsu keinginan untuk menjadi / terlahir dialam tertentu; termasuk keinginan untuk mempertahankan kebahagiaan karena pandangan salah tentang adanya aku yang kekal.
C) Vibhava-tanha, ialah nafsu keinginan untuk memusnahkan diri yang menganggap bahwa tidak ada kehidupan setelah kematian; termasuk keinginan tidak mau menderita.