Amr bin Ash
Amru bin Ash bin Wa'il bin Hisyam (583-664) (Arab:عمرو بن العاص) atau lebih dikenal dengan nama Amru bin Ash adalah Sahabat NabiMuhammad.
BiografiSunting
Beliau merupakan tokoh Quraisy yang mahir dalam urusan politik dan strategi berperang bahkan pada saat kaum Muslimin hijrah dariMadinah ke Habasyah,beliau menjadi utusan Quraisy yang bertugas membujuk agar rajaNajasyi atau Negus mengembalikam kaum Muslimin ke negerinya semula tetapi hal ini tidak berhasil.Beliau juga pernah mengambil bagian dalam peperangan menentang NabiMuhammad SAW dan kaum Muslim. Ia masuk Islam bersama Khalid bin Walid. Enam bulan setelah masuk Islam, dia bersama Rasulullah SAW menaklukan Mekkah dalam peristiwa Fathul Mekkah. Ia adalah panglimaperang yang bijak dalam mengatur strategiperang.
Dia adalah panglima perang yang menaklukanBaitul Maqdis dan Mesir dari cengkramanRomawi. Ia kemudian dilantik sebagaigubernur Mesir oleh Umar bin Khattab, tetapi kemudian dipecat oleh Khalifah Usman bin Affan. Selanjutnya Muawiyah bin Abu Sufyanmelantik kembali dia menjadi gubernur Mesir. Panglima Amru mengerahkan tentara yang al-Quran menjujung diujung tombak, ia menggunakan cara ini dalam pertempuran dengan Ali bin Abi Thalib agar Ali bin Abi Thalib menghentikan serangan.
Ada tiga orang pemuka Quraisy yang sangat menyusahkan Rasulullah SAW disebabkan sengitnya perlawanan mereka terhadap dawah beliau dan siksaan mereka terhadap sahabatnya.
Oleh sebab itu, Rasulullah SAW selalu berdoa dan memohon kepada Allah agar menurunkan azabnya pada mereka. Tiba-tiba, tatkala beliau berdoa dan memohon, turunlah firman Allah:Â "Tak ada sedikit pun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim."Â (QS Ali Imran: 128)
Rasulullah SAW memahami bahwa maksud ayat itu ialah menyuruhnya agar menghentikan doa permohonan azab dan menyerahkan urusan mereka kepada Allah semata. Kemungkinan, mereka tetap berada dalam keaniayaan hingga akan menerima azab-Nya. Atau mereka bertaubat dan Allah menerima taubat mereka hingga akan memperoleh rahmat karunia-Nya.
Amr bin Ash adalah salah satu dari ketiga orang tersebut. Allah memilihkan bagi mereka jalan untuk bertaubat dan menerima rahmat, maka ditunjuki-Nya mereka jalan untuk menganut Islam. Dan Amr bin Ash pun beralih rupa menjadi seorang Muslim pejuang, dan salah seorang panglima yang gagah berani.
Para ahli sejarah biasa menggelari Amr bin Ash sebagai “Penakluk Mesirâ€. Namun gelar ini tidaklah tepat, yang paling tepat untuk Amr adalah “Pembebas Mesirâ€. Islam membuka negeri itu bukanlah menurut pengertian yang lazim digunakan di masa modern ini, tetapi maksudnya ialah membebaskannya dari cengkraman dua kerajaan besar yang menjajah negeri ini serta rakyatnya dari perbudakan dan penindasan yang dahsyat, yaitu imperium Persi dan Romawi.
Mesir sendiri, ketika pasukan perintis tentara Islam memasuki wilayahnya, merupakan jajahan dari Romawi, sementara perjuangan penduduk untuk menentangnya tidak membuahkan hasil apa-apa. Maka tatkala dari tapal batas kerajaan-kerajaan itu bergema suara takbir dari pasukan-pasukan yang beriman: “Allahu Akbar, Allahu Akbar“, mereka pun dengan berduyun-duyun segera menuju fajar yang baru terbit itu lalu memeluk Agama Islam yang dengannya mereka menemukan kebebasan mereka dari kekuasaan kisra maupun kaisar.
Jika demikian halnya, Amr bin Ash bersama anak buahnya tidaklah menaklukkan Mesir. Mereka hanyalah merintis serta membuka jalan bagi Mesir agar dapat mencapai tujuannya dengan kebenaran dan mengikat norma dan peraturan-peraturannya dengan keadilan, serta menempatkan diri dan hakikatnya dalam cahaya kalimat-kalimat Ilahi dan dalam prinsip-prinsip Islami.
Amr bin Ash tidaklah termasuk angkatan pertama yang masuk Islam. Ia baru masuk Islam bersama Khalid bin Walid tidak lama sebelum dibebaskannya kota Makkah.
Anehnya keislamannya itu diawali dengan bimbingan Negus raja Habsyi. Sebabnya ialah karena Negus ini kenal dan menaruh rasa hormat terhadap Amr yang sering bolak-balik ke Habsyi dan mempersembahkan barang-barang berharga sebagai hadiah bagi raja. Di waktu kunjungannya yang terakhir ke negeri itu, tersebutlah berita munculnya Rasul yang menyebarkan tauhid dan akhlak mulia di tanah Arab.
Raja Habsyi itu menanyakan kepada Amr kenapa ia tak hendak beriman dan mengikutinya, padahal orang itu benar-benar utusan Allah?
Â
“Benarkah begitu?†tanya Amr kepada Negus.Â
“Benar,†jawab Negus. “Turutilah petunjukku, hai Amr dan ikutilah dia! Sungguh dan demi Allah, ia adalah di atas kebenaran dan akan mengalahkan orang-orang yang menentangnya.â€
Secepatnya Amr ia mengarungi lautan kembali ke kampung halamannya, lalu mengarahkan langkahnya menuju Madinah untuk menyerahkan diri kepada Allah. Dalam perjalanan ke Madinah itu ia bertemu dengan Khalid bin Walid dan Utsman bin Thalhah, yang juga datang dari Makkah dengan maksud hendak baiat kepada Rasulullah SAW.
Ketika Rasulullah melihat ketiga orang itu datang, wajahnya pun berseri-seri, lalu berkata kepada para sahabat, “Makkah telah melepas jantung-jantung hatinya kepada kita.â€Â
Mula-mula tampil Khalid dan mengangkat baiaat. Kemudian majulah Amr dan berkata, “Wahai Rasulullah, aku akan baiat kepada anda, asal saja Allah mengampuni dosa-dosaku yang terdahulu.â€
Maka Rasulullah menjawab, “Hai Amr, berbaiatlah, karena Islam menghapus dosa-dosa yang sebelumnya.â€
Tatkala Rasulullah SAW wafat, Amr bin Ash sedang berada di Oman menjadi gubernurnya. Dan di masa pemerintahan Umar bin Al-Khathab, jasa-jasanya dapat disaksikan dalam peperangan-peperangan di Suriah, kemudian dalam membebaskan Mesir dari penjajahan Romawi.
Amr tidak hanya seorang panglima perang tangguh sebagaimana Ali bin Abi Thalib dan beberapa sahabat lain. Ia tidak hanya seorang diplomat ulung sebagaimana Muawiyah. Tapi juga seorang negarawan yang pintar memerintah. Bahkan bentuk tubuh, cara berjalan dan bercakapnya, memberi isyarat bahwa ia diciptakan untuk menjadi amir atau penguasa. Hingga pernah diriwayatkan bahwa pada suatu hari Amirul Mukminin Umar bin Al-Khathab melihatnya datang. Ia tersenyum melihat caranya berjalan itu, lalu berkata, “Tidak pantas bagi Abu Abdillah untuk berjalan di muka bumi kecuali sebagai amir.â€
Tetapi di samping itu ia juga memiliki sifat amanat, menyebabkan Umar bin Al-Khathab—seorang yang terkenal amat teliti dalam memilih gubernur-gubernurnya—menetapkannya sebagai gubernur di Palestina dan Yordania, kemudian di Mesir selama hayatnya Al-Faruq.
Amr bin Ash adalah seorang yang berpikiran tajam, cepat tanggap dan berpandangan jauh ke depan. Di samping itu ia juga seorang yang amat berani dan berkemauan keras dan cerdik.
Pada tahun ke-43 Hijriyah, Amr bin Ash wafat di Mesir ketika menjadi gubernur di sana. Di saat-saat kepergiannya itu, ia mengemukakan riwayat hidupnya. “Pada mulanya aku ini seorang kafir, dan orang yang amat keras sekali terhadap Rasulullah SAW hingga seandainya aku meninggal pada saat itu, pastilah masuk neraka. Kemudian aku membaiat kepada Rasulullah SAW, maka tak seorang pun di antara manusia yang lebih kucintai, dan lebih mulia dalam pandangan mataku, daripada beliau. Dan seandainya aku diminta untuk melukiskannya, maka aku tidak sanggup karena disebabkan hormatku kepadanya, aku tak kuasa menatapnya sepenuh mataku. Maka seandainya aku meninggal pada saat itu, besar harapan akan menjadi penduduk surga. Kemudian setelah itu, aku diberi ujian dengan beroleh kekuasaan begitu pun dengan hal-hal lain. Aku tidak tahu, apakah ujian itu akan membawa keuntungan bagi diriku ataukah kerugian.â€
Lalu diangkatnya kepalanya ke arah langit dengan hati yang tunduk, sambil bermunajat kepada Tuhannya Yang Maha Besar lagi Maha Pengasih, seraya berdoa, “Ya Allah, daku ini orang yang tak luput dari kesalahan, maka mohon dimaafkan. Daku tak sunyi dari kelemahan, maka mohon diberi pertolongan. Sekiranya daku tidak beroleh rahmat karunia-Mu, pasti celakalah nasibku
 KETIKA UMAR DIBUAT GERAM OLEH AMR BIN ASH
Ada hadits Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam...Â
Barangsiapa yang taat kepadaku berarti dia taat kepada Allah. Dan barangsiapa durhaka kepadaku berarti dia durhaka kepada Allah. Barangsiapa yang taat kepada pemimpin yang aku tunjuk maka dia taat kepadaku. Dan barangsiapa yang durhaka kepada pemimpin yang aku tunjuk berarti dia durhaka kepadaku
Terkait hadits di atas, ada kisah yang menarik di zaman sahabat
Begini kisahnya...
Seorang sahabat Nabi bernama Amr bin Ash radiyallahu’anhu. Beliau ini dulu musuh Islam. Setelah beliau masuk Islam tiga bulan, kemudian Nabi shalallahu’alaihi wasallam membentuk pasukan untuk menyerang salah satu suku besar arab yang memang dasarnya mau menyerang madinah.
Amr bin Ash baru masuk Islam tiga bulan, sama Nabi shalallhu’alaihi wasallam langsung ditunjuk jadi pemimpin pasukan. Dan di dalam pasukan itu ada Abu Bakar, ada Umar bin Khattab, ada Utsman bin Affan, ada Ali bin Abi Thalib, ada Zubai bin Awwam dan Sahabat mulia lainnya.
Tapi Nabi shalallhu’alaihi wasallam menunjuk Amr bin Ash. Keputusan Nabi sudah bulat, harus Amr bin Ash yang jadi pemimpin perang. Dan pimpinan perang kalau sudah ditunjuk harus ditaati dan tidak boleh ada yang menentang perintahnya.
Kalau dia bilang serang... serang, berhenti... berhenti, makan... makan, pulang... pulang.Â
Harus dipatuhi. Tuntunannya hadits Nabi shalallahu’alaihi wasallam, barangsiapa taat kepada pemimpin yang aku tunjuk maka dia taat kepadaku, dan barang siapa durhaka kepadanya maka dia durhaka kepadaku.
Waktu itu pasukan dikirim, padang pasir, tempatnya jauh dan sedang musim dingin. Saking dinginnya udara malam di sana rasanya seperti menusuk-nusuk tulang. Dingin sekali! Zaman dulu kalau sedang musing dingin cara orang menghangatkan badan dengan cara membuat api.
Waktu itu instruksi Amr bin Ash kepada pasukannya, JANGAN ADA YANG MENYALAKAN API!
Umar bin Khattab merasa tidak terima dengan instruksi Amr bin Ash, Umar berkata kepada Amr, “Hai Amr dingin, dan kau larang kita bakar api?†Kata Amr, “Instruksiku tidak boleh bakar api!â€
Kita tahu, Umar seandainya mengajak duel Amr, sekali pukul Amr ini bisa mati, Umar orangnya tinggi besar, ketika itu emosi Umar tapi kemudian beliau meninggalkan Amr. Lalu Umar berbicara kepada Abu Bakar dan berkata, “Wahai Abu Bakar, apa ini maksudnya Amr baru masuk Islam sudah begini instruksinya?â€
Abu Bakar dengan bijak menjawab “Hai Umar, Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam tidak menunjuk seseorang sementara beliau tahu ada Engkau dan Sahabatnya yang lain kecuali memang dia yang paling pantas. Ikuti dia berarti mengikuti Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam. Diam! Sabar!â€
Mendengar ucapan Abu Bakar tersebut akhirnya Umar diam dan sabar...
Besok pagi, menjelang shubuh, pimpinan perang ini Amr bin Ash mimpi junub.Â
Sementara dia harus memimpin sholat shubuh jadi imam. Tidak boleh yang lain. Walaupun ada Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali yang notabene para penghafal Al-Quran semua ini. Tapi hukum syar’i bahwa siapa yang jadi pimipinan perang maka dia yang harus jadi imam sholat.
Sementara dikisahkan Amr bin Ash dalam keadaan junub. Waktu keluar dari tenda, beliau minta dibawakan air oleh beberapa pasukannya. Umar tanya, “Kenapa wahai Amr?†Amr bilang, “Saya junub†Kebetulan pas beliau pegang air, dingin sekali. Lalu Amr bilang, “Saya mau tayamumâ€. Kata Umar, “Ada air, tidak boleh tayamum.†Kata Amr, “Saya mau tayamum.â€
Ini masalah lain lagi nih yang bikin Umar bin Khattab geram, sudahlah tadi malam pasukan kedinginan karena tidak boleh bakar api. Ini sekarang junub hanya mau bertayamum. Umar berfikir Amr ini baru masuk Islam tapi berani-beraninya mengganti hukum mandi junub dengan tayamum.
Umar sudah jengkel, kembali Umar menemui Abu Bakar, “Gimana nih Abu Bakar?â€, Kata Abu Bakar, “Ingat.. Ini utusan Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam, tidak boleh bantah...†Umar pun berkata, “Baiklah...â€
Akhirnya Amr bin Ash jadi imam sholat shubuh dan para sahabat serta seluruh pasukan bermakmum di belakangnya. Ini hal yang luar biasa. Seorang imam mandi junub dengan tayamum saja, hal ini membuat para sahabat yang lain bertanya-tanya. Tapi mereka ga berani bantah, karena Amr sekarang jadi pemimpin mereka.
Selesai sholat, Amr memberi perintah untuk bersiap-siap menyerang musuh. Amr memberi instruksi supaya masing-masing orang harus bersama temannya yang lain. Jadi setiap orang diinstruksikan berjalan sama satu orang temannya, gak boleh pisah. Serang musuh harus selalu berdua, ga boleh ditinggal.Â
Ini adalah bagian strategi perang, untuk menghadapi musuh yang jumlahnya sangat banyak. Konon seandainya suku ini menyerang Madinah, maka bisa hancur Madinah ini karena saking banyaknya jumlah mereka.
Akhirnya dengan jumlah pasukan yang hanya 300 orang saja berhasil mengalahkan suku itu. Ketika pasukan musuh kocar-kacir, pasukan muslimin secara spontan hendak mengejar musuh untuk dijadikan tawanan perang, bisa jadi budak untuk diperjual-belikan.Â
Tapi kemudian Amr menginstruksikan pasukan untuk tetap berdiri di sini, jangan mengejar musuh. Biarkan musuh berlarian, yang penting mereka sudah kalah, kita kumpulkan harta rampasan perang yang bisa didapatkan ini, lalu pasukan pulang.Â
Mendengar instruksi ini, Umar bangkit lagi, “Wahai Amr, musuh sudah lari, kita kejar mereka dan tebas leher mereka.†Kata Amr, “Tidak, instruksi saya, kumpulkan gonimah, lalu kita pulang!â€
Akhirnya pasukanpun kembali ke Madinah dengan membawa ghonimah dan berita kemenangan kepada Rasulullah. Baru tiba di Madinah, turun dari kuda, Umar langsung mengadukan keluhannya tentang instruksi-instruksi Amr kepada Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam.
Umar berkata, “Ya Rasulullah, ini Amr buat begini, tidak boleh menyalakan api sementara kita kedinginan, malam-malam dia mandi junub hanya bertayamum, kemudian musuh kalah kita dilarang menangkap musuh.â€
Lalu, Rasulullah bertanya kepada Amr, “Wahai Amr, keluhan sudah datang kepadaku, apa jawabanmu? Amr menjawab, “Ya Rasulullah, suku yang kita hadapi ini adalah suku yang jumlahnya kalau mereka berhasil menyerang Madinah keesokan harinya, bisa habis lah kita. Pertama, kalau kita menyalakan api, mereka tahu kita ada, maka habislah pasukan kita yang berjumlah 300 orang sementara mereka jumlahnya ribuan.†Kata Nabi shalallahu’alaihi wa sallam, “Engkau benar.â€
Nabi bertanya, “Mengapa engkau mandi junub dengan tayamum?†Amr menjawab, “Ya Rasulullah, airnya seperti es, dingin sekali, kalau saya mandi saya bisa sakit, saya pemimpin, kalau saya sakit siapa yang pimpin perang? Sementara Engkau amanatkan pasukan ini kepada Saya. Maka saya putuskan ber tayamum.†.†Kata Nabi shalallahu’alaihi wa sallam, “Engkau benar.â€
Umar yang tadinya marah... Redam marahnya...
Nabi bertanya lagi yang terakhir, “Mengapa kau bisarkan pasukan musuh lari?â€Â
Amr menjawab, “Ya Rasulullah, 300 orang lawan sekian ribu orang, seandainya kita menangkapi pasukan mereka, maka akan terlihat kelemahan kita yang jumlahnya sedikit, kita akan dikalahkan pasti. Strategi saya pasukan kita harus berkumpul agar terlihat seperti banyak jumlahnya. Dan targetnya kan hanya mengalahkan mereka, mereka kalah dan takut, mereka juga tidak tahu jumlah pasukan kita karena langit sedang gelap. Jadi menuru saya tidak perlu kita mengejar mereka, toh ghonimah sudah kita dapatkan.†Kata Nabi shalallahu’alaihi wa sallam, “Engkau benar.â€
Abu Bakar menemui ke Umar bin Khattab, “Nah... Sudah tahu?â€
Subhanallah hikmah dari kisah ini, Rasulullah tidak pernah salah dalam memilih pemimpin. Walaupun pemimpian yang beliau itu orang baru dalam Islam, tapi subhanallah ternyata Amr menunjukkan bahwa dia memang lebih pantas ketika itu dibandingkan sahabat yang lainnya..
BiografiSunting
Beliau merupakan tokoh Quraisy yang mahir dalam urusan politik dan strategi berperang bahkan pada saat kaum Muslimin hijrah dariMadinah ke Habasyah,beliau menjadi utusan Quraisy yang bertugas membujuk agar rajaNajasyi atau Negus mengembalikam kaum Muslimin ke negerinya semula tetapi hal ini tidak berhasil.Beliau juga pernah mengambil bagian dalam peperangan menentang NabiMuhammad SAW dan kaum Muslim. Ia masuk Islam bersama Khalid bin Walid. Enam bulan setelah masuk Islam, dia bersama Rasulullah SAW menaklukan Mekkah dalam peristiwa Fathul Mekkah. Ia adalah panglimaperang yang bijak dalam mengatur strategiperang.
Dia adalah panglima perang yang menaklukanBaitul Maqdis dan Mesir dari cengkramanRomawi. Ia kemudian dilantik sebagaigubernur Mesir oleh Umar bin Khattab, tetapi kemudian dipecat oleh Khalifah Usman bin Affan. Selanjutnya Muawiyah bin Abu Sufyanmelantik kembali dia menjadi gubernur Mesir. Panglima Amru mengerahkan tentara yang al-Quran menjujung diujung tombak, ia menggunakan cara ini dalam pertempuran dengan Ali bin Abi Thalib agar Ali bin Abi Thalib menghentikan serangan.
Ada tiga orang pemuka Quraisy yang sangat menyusahkan Rasulullah SAW disebabkan sengitnya perlawanan mereka terhadap dawah beliau dan siksaan mereka terhadap sahabatnya.
Oleh sebab itu, Rasulullah SAW selalu berdoa dan memohon kepada Allah agar menurunkan azabnya pada mereka. Tiba-tiba, tatkala beliau berdoa dan memohon, turunlah firman Allah:Â "Tak ada sedikit pun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim."Â (QS Ali Imran: 128)
Rasulullah SAW memahami bahwa maksud ayat itu ialah menyuruhnya agar menghentikan doa permohonan azab dan menyerahkan urusan mereka kepada Allah semata. Kemungkinan, mereka tetap berada dalam keaniayaan hingga akan menerima azab-Nya. Atau mereka bertaubat dan Allah menerima taubat mereka hingga akan memperoleh rahmat karunia-Nya.
Amr bin Ash adalah salah satu dari ketiga orang tersebut. Allah memilihkan bagi mereka jalan untuk bertaubat dan menerima rahmat, maka ditunjuki-Nya mereka jalan untuk menganut Islam. Dan Amr bin Ash pun beralih rupa menjadi seorang Muslim pejuang, dan salah seorang panglima yang gagah berani.
Para ahli sejarah biasa menggelari Amr bin Ash sebagai “Penakluk Mesirâ€. Namun gelar ini tidaklah tepat, yang paling tepat untuk Amr adalah “Pembebas Mesirâ€. Islam membuka negeri itu bukanlah menurut pengertian yang lazim digunakan di masa modern ini, tetapi maksudnya ialah membebaskannya dari cengkraman dua kerajaan besar yang menjajah negeri ini serta rakyatnya dari perbudakan dan penindasan yang dahsyat, yaitu imperium Persi dan Romawi.
Mesir sendiri, ketika pasukan perintis tentara Islam memasuki wilayahnya, merupakan jajahan dari Romawi, sementara perjuangan penduduk untuk menentangnya tidak membuahkan hasil apa-apa. Maka tatkala dari tapal batas kerajaan-kerajaan itu bergema suara takbir dari pasukan-pasukan yang beriman: “Allahu Akbar, Allahu Akbar“, mereka pun dengan berduyun-duyun segera menuju fajar yang baru terbit itu lalu memeluk Agama Islam yang dengannya mereka menemukan kebebasan mereka dari kekuasaan kisra maupun kaisar.
Jika demikian halnya, Amr bin Ash bersama anak buahnya tidaklah menaklukkan Mesir. Mereka hanyalah merintis serta membuka jalan bagi Mesir agar dapat mencapai tujuannya dengan kebenaran dan mengikat norma dan peraturan-peraturannya dengan keadilan, serta menempatkan diri dan hakikatnya dalam cahaya kalimat-kalimat Ilahi dan dalam prinsip-prinsip Islami.
Amr bin Ash tidaklah termasuk angkatan pertama yang masuk Islam. Ia baru masuk Islam bersama Khalid bin Walid tidak lama sebelum dibebaskannya kota Makkah.
Anehnya keislamannya itu diawali dengan bimbingan Negus raja Habsyi. Sebabnya ialah karena Negus ini kenal dan menaruh rasa hormat terhadap Amr yang sering bolak-balik ke Habsyi dan mempersembahkan barang-barang berharga sebagai hadiah bagi raja. Di waktu kunjungannya yang terakhir ke negeri itu, tersebutlah berita munculnya Rasul yang menyebarkan tauhid dan akhlak mulia di tanah Arab.
Raja Habsyi itu menanyakan kepada Amr kenapa ia tak hendak beriman dan mengikutinya, padahal orang itu benar-benar utusan Allah?
Â
“Benarkah begitu?†tanya Amr kepada Negus.Â
“Benar,†jawab Negus. “Turutilah petunjukku, hai Amr dan ikutilah dia! Sungguh dan demi Allah, ia adalah di atas kebenaran dan akan mengalahkan orang-orang yang menentangnya.â€
Secepatnya Amr ia mengarungi lautan kembali ke kampung halamannya, lalu mengarahkan langkahnya menuju Madinah untuk menyerahkan diri kepada Allah. Dalam perjalanan ke Madinah itu ia bertemu dengan Khalid bin Walid dan Utsman bin Thalhah, yang juga datang dari Makkah dengan maksud hendak baiat kepada Rasulullah SAW.
Ketika Rasulullah melihat ketiga orang itu datang, wajahnya pun berseri-seri, lalu berkata kepada para sahabat, “Makkah telah melepas jantung-jantung hatinya kepada kita.â€Â
Mula-mula tampil Khalid dan mengangkat baiaat. Kemudian majulah Amr dan berkata, “Wahai Rasulullah, aku akan baiat kepada anda, asal saja Allah mengampuni dosa-dosaku yang terdahulu.â€
Maka Rasulullah menjawab, “Hai Amr, berbaiatlah, karena Islam menghapus dosa-dosa yang sebelumnya.â€
Tatkala Rasulullah SAW wafat, Amr bin Ash sedang berada di Oman menjadi gubernurnya. Dan di masa pemerintahan Umar bin Al-Khathab, jasa-jasanya dapat disaksikan dalam peperangan-peperangan di Suriah, kemudian dalam membebaskan Mesir dari penjajahan Romawi.
Amr tidak hanya seorang panglima perang tangguh sebagaimana Ali bin Abi Thalib dan beberapa sahabat lain. Ia tidak hanya seorang diplomat ulung sebagaimana Muawiyah. Tapi juga seorang negarawan yang pintar memerintah. Bahkan bentuk tubuh, cara berjalan dan bercakapnya, memberi isyarat bahwa ia diciptakan untuk menjadi amir atau penguasa. Hingga pernah diriwayatkan bahwa pada suatu hari Amirul Mukminin Umar bin Al-Khathab melihatnya datang. Ia tersenyum melihat caranya berjalan itu, lalu berkata, “Tidak pantas bagi Abu Abdillah untuk berjalan di muka bumi kecuali sebagai amir.â€
Tetapi di samping itu ia juga memiliki sifat amanat, menyebabkan Umar bin Al-Khathab—seorang yang terkenal amat teliti dalam memilih gubernur-gubernurnya—menetapkannya sebagai gubernur di Palestina dan Yordania, kemudian di Mesir selama hayatnya Al-Faruq.
Amr bin Ash adalah seorang yang berpikiran tajam, cepat tanggap dan berpandangan jauh ke depan. Di samping itu ia juga seorang yang amat berani dan berkemauan keras dan cerdik.
Pada tahun ke-43 Hijriyah, Amr bin Ash wafat di Mesir ketika menjadi gubernur di sana. Di saat-saat kepergiannya itu, ia mengemukakan riwayat hidupnya. “Pada mulanya aku ini seorang kafir, dan orang yang amat keras sekali terhadap Rasulullah SAW hingga seandainya aku meninggal pada saat itu, pastilah masuk neraka. Kemudian aku membaiat kepada Rasulullah SAW, maka tak seorang pun di antara manusia yang lebih kucintai, dan lebih mulia dalam pandangan mataku, daripada beliau. Dan seandainya aku diminta untuk melukiskannya, maka aku tidak sanggup karena disebabkan hormatku kepadanya, aku tak kuasa menatapnya sepenuh mataku. Maka seandainya aku meninggal pada saat itu, besar harapan akan menjadi penduduk surga. Kemudian setelah itu, aku diberi ujian dengan beroleh kekuasaan begitu pun dengan hal-hal lain. Aku tidak tahu, apakah ujian itu akan membawa keuntungan bagi diriku ataukah kerugian.â€
Lalu diangkatnya kepalanya ke arah langit dengan hati yang tunduk, sambil bermunajat kepada Tuhannya Yang Maha Besar lagi Maha Pengasih, seraya berdoa, “Ya Allah, daku ini orang yang tak luput dari kesalahan, maka mohon dimaafkan. Daku tak sunyi dari kelemahan, maka mohon diberi pertolongan. Sekiranya daku tidak beroleh rahmat karunia-Mu, pasti celakalah nasibku
 KETIKA UMAR DIBUAT GERAM OLEH AMR BIN ASH
Ada hadits Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam...Â
Barangsiapa yang taat kepadaku berarti dia taat kepada Allah. Dan barangsiapa durhaka kepadaku berarti dia durhaka kepada Allah. Barangsiapa yang taat kepada pemimpin yang aku tunjuk maka dia taat kepadaku. Dan barangsiapa yang durhaka kepada pemimpin yang aku tunjuk berarti dia durhaka kepadaku
Terkait hadits di atas, ada kisah yang menarik di zaman sahabat
Begini kisahnya...
Seorang sahabat Nabi bernama Amr bin Ash radiyallahu’anhu. Beliau ini dulu musuh Islam. Setelah beliau masuk Islam tiga bulan, kemudian Nabi shalallahu’alaihi wasallam membentuk pasukan untuk menyerang salah satu suku besar arab yang memang dasarnya mau menyerang madinah.
Amr bin Ash baru masuk Islam tiga bulan, sama Nabi shalallhu’alaihi wasallam langsung ditunjuk jadi pemimpin pasukan. Dan di dalam pasukan itu ada Abu Bakar, ada Umar bin Khattab, ada Utsman bin Affan, ada Ali bin Abi Thalib, ada Zubai bin Awwam dan Sahabat mulia lainnya.
Tapi Nabi shalallhu’alaihi wasallam menunjuk Amr bin Ash. Keputusan Nabi sudah bulat, harus Amr bin Ash yang jadi pemimpin perang. Dan pimpinan perang kalau sudah ditunjuk harus ditaati dan tidak boleh ada yang menentang perintahnya.
Kalau dia bilang serang... serang, berhenti... berhenti, makan... makan, pulang... pulang.Â
Harus dipatuhi. Tuntunannya hadits Nabi shalallahu’alaihi wasallam, barangsiapa taat kepada pemimpin yang aku tunjuk maka dia taat kepadaku, dan barang siapa durhaka kepadanya maka dia durhaka kepadaku.
Waktu itu pasukan dikirim, padang pasir, tempatnya jauh dan sedang musim dingin. Saking dinginnya udara malam di sana rasanya seperti menusuk-nusuk tulang. Dingin sekali! Zaman dulu kalau sedang musing dingin cara orang menghangatkan badan dengan cara membuat api.
Waktu itu instruksi Amr bin Ash kepada pasukannya, JANGAN ADA YANG MENYALAKAN API!
Umar bin Khattab merasa tidak terima dengan instruksi Amr bin Ash, Umar berkata kepada Amr, “Hai Amr dingin, dan kau larang kita bakar api?†Kata Amr, “Instruksiku tidak boleh bakar api!â€
Kita tahu, Umar seandainya mengajak duel Amr, sekali pukul Amr ini bisa mati, Umar orangnya tinggi besar, ketika itu emosi Umar tapi kemudian beliau meninggalkan Amr. Lalu Umar berbicara kepada Abu Bakar dan berkata, “Wahai Abu Bakar, apa ini maksudnya Amr baru masuk Islam sudah begini instruksinya?â€
Abu Bakar dengan bijak menjawab “Hai Umar, Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam tidak menunjuk seseorang sementara beliau tahu ada Engkau dan Sahabatnya yang lain kecuali memang dia yang paling pantas. Ikuti dia berarti mengikuti Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam. Diam! Sabar!â€
Mendengar ucapan Abu Bakar tersebut akhirnya Umar diam dan sabar...
Besok pagi, menjelang shubuh, pimpinan perang ini Amr bin Ash mimpi junub.Â
Sementara dia harus memimpin sholat shubuh jadi imam. Tidak boleh yang lain. Walaupun ada Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali yang notabene para penghafal Al-Quran semua ini. Tapi hukum syar’i bahwa siapa yang jadi pimipinan perang maka dia yang harus jadi imam sholat.
Sementara dikisahkan Amr bin Ash dalam keadaan junub. Waktu keluar dari tenda, beliau minta dibawakan air oleh beberapa pasukannya. Umar tanya, “Kenapa wahai Amr?†Amr bilang, “Saya junub†Kebetulan pas beliau pegang air, dingin sekali. Lalu Amr bilang, “Saya mau tayamumâ€. Kata Umar, “Ada air, tidak boleh tayamum.†Kata Amr, “Saya mau tayamum.â€
Ini masalah lain lagi nih yang bikin Umar bin Khattab geram, sudahlah tadi malam pasukan kedinginan karena tidak boleh bakar api. Ini sekarang junub hanya mau bertayamum. Umar berfikir Amr ini baru masuk Islam tapi berani-beraninya mengganti hukum mandi junub dengan tayamum.
Umar sudah jengkel, kembali Umar menemui Abu Bakar, “Gimana nih Abu Bakar?â€, Kata Abu Bakar, “Ingat.. Ini utusan Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam, tidak boleh bantah...†Umar pun berkata, “Baiklah...â€
Akhirnya Amr bin Ash jadi imam sholat shubuh dan para sahabat serta seluruh pasukan bermakmum di belakangnya. Ini hal yang luar biasa. Seorang imam mandi junub dengan tayamum saja, hal ini membuat para sahabat yang lain bertanya-tanya. Tapi mereka ga berani bantah, karena Amr sekarang jadi pemimpin mereka.
Selesai sholat, Amr memberi perintah untuk bersiap-siap menyerang musuh. Amr memberi instruksi supaya masing-masing orang harus bersama temannya yang lain. Jadi setiap orang diinstruksikan berjalan sama satu orang temannya, gak boleh pisah. Serang musuh harus selalu berdua, ga boleh ditinggal.Â
Ini adalah bagian strategi perang, untuk menghadapi musuh yang jumlahnya sangat banyak. Konon seandainya suku ini menyerang Madinah, maka bisa hancur Madinah ini karena saking banyaknya jumlah mereka.
Akhirnya dengan jumlah pasukan yang hanya 300 orang saja berhasil mengalahkan suku itu. Ketika pasukan musuh kocar-kacir, pasukan muslimin secara spontan hendak mengejar musuh untuk dijadikan tawanan perang, bisa jadi budak untuk diperjual-belikan.Â
Tapi kemudian Amr menginstruksikan pasukan untuk tetap berdiri di sini, jangan mengejar musuh. Biarkan musuh berlarian, yang penting mereka sudah kalah, kita kumpulkan harta rampasan perang yang bisa didapatkan ini, lalu pasukan pulang.Â
Mendengar instruksi ini, Umar bangkit lagi, “Wahai Amr, musuh sudah lari, kita kejar mereka dan tebas leher mereka.†Kata Amr, “Tidak, instruksi saya, kumpulkan gonimah, lalu kita pulang!â€
Akhirnya pasukanpun kembali ke Madinah dengan membawa ghonimah dan berita kemenangan kepada Rasulullah. Baru tiba di Madinah, turun dari kuda, Umar langsung mengadukan keluhannya tentang instruksi-instruksi Amr kepada Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam.
Umar berkata, “Ya Rasulullah, ini Amr buat begini, tidak boleh menyalakan api sementara kita kedinginan, malam-malam dia mandi junub hanya bertayamum, kemudian musuh kalah kita dilarang menangkap musuh.â€
Lalu, Rasulullah bertanya kepada Amr, “Wahai Amr, keluhan sudah datang kepadaku, apa jawabanmu? Amr menjawab, “Ya Rasulullah, suku yang kita hadapi ini adalah suku yang jumlahnya kalau mereka berhasil menyerang Madinah keesokan harinya, bisa habis lah kita. Pertama, kalau kita menyalakan api, mereka tahu kita ada, maka habislah pasukan kita yang berjumlah 300 orang sementara mereka jumlahnya ribuan.†Kata Nabi shalallahu’alaihi wa sallam, “Engkau benar.â€
Nabi bertanya, “Mengapa engkau mandi junub dengan tayamum?†Amr menjawab, “Ya Rasulullah, airnya seperti es, dingin sekali, kalau saya mandi saya bisa sakit, saya pemimpin, kalau saya sakit siapa yang pimpin perang? Sementara Engkau amanatkan pasukan ini kepada Saya. Maka saya putuskan ber tayamum.†.†Kata Nabi shalallahu’alaihi wa sallam, “Engkau benar.â€
Umar yang tadinya marah... Redam marahnya...
Nabi bertanya lagi yang terakhir, “Mengapa kau bisarkan pasukan musuh lari?â€Â
Amr menjawab, “Ya Rasulullah, 300 orang lawan sekian ribu orang, seandainya kita menangkapi pasukan mereka, maka akan terlihat kelemahan kita yang jumlahnya sedikit, kita akan dikalahkan pasti. Strategi saya pasukan kita harus berkumpul agar terlihat seperti banyak jumlahnya. Dan targetnya kan hanya mengalahkan mereka, mereka kalah dan takut, mereka juga tidak tahu jumlah pasukan kita karena langit sedang gelap. Jadi menuru saya tidak perlu kita mengejar mereka, toh ghonimah sudah kita dapatkan.†Kata Nabi shalallahu’alaihi wa sallam, “Engkau benar.â€
Abu Bakar menemui ke Umar bin Khattab, “Nah... Sudah tahu?â€
Subhanallah hikmah dari kisah ini, Rasulullah tidak pernah salah dalam memilih pemimpin. Walaupun pemimpian yang beliau itu orang baru dalam Islam, tapi subhanallah ternyata Amr menunjukkan bahwa dia memang lebih pantas ketika itu dibandingkan sahabat yang lainnya..