acetylcysteine
Acetylcysteine adalah obat golongan mukolitik yang berfungsi untuk mengencerkan dahak yang menghalangi saluran pernapasan. Oleh karena itu, obat ini tidak cocok diberikan untuk penderita batuk kering.
Dahak kental yang menempel dan menghambat saluran pernapasan biasanya muncul akibat penyakit pada paru-paru, yang meliputi bronkitis, tuberkulosis, pneumonia, serta cystic fibrosis. Obat ini bekerja dengan cara mengencerkan dahak sekaligus membantu untuk melancarkan saluran pernapasan.
acetylcysteine
Selain itu, acetylcysteine juga digunakan untuk mengatasi efek keracunan akibat konsumsi paracetamol.
Merek dagang: Acetylcysteine, Alstein, Cecyl, Fluimucil, Hidonac, Mucylin, Nalitik, Nytex, Pectocil, Resfar
Tentang Acetylcysteine
Golongan Mukolitik
Kategori Obat resep
Manfaat Mengencerkan dahak
Digunakan oleh Dewasa dan anak-anak
Kategori kehamilan dan menyusui Kategori B: Studi pada binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil.Belum ada studi terkontrol mengenai penyerapan acetylcysteine ke dalam ASI. Bagi ibu menyusui, disarankan untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter agar manfaat dan risikonya dapat dipertimbangkan.
Bentuk obat Tablet effervescent, kapsul, sirop kering, granul, suntik
Peringatan:
Harap berhati-hati dalam menggunakan obat ini bila memiliki riwayat asma atau sakit maag.
Beri tahu dokter jika sedang mengonsumsi obat-obatan lain, termasuk produk herba dan suplemen, untuk menghindari interaksi antar obat atau efek samping obat.
Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.
Dosis Acetylcysteine
Kondisi Jenis obat Usia Dosis
Mengencerkan dahak (mukolitik) Oral Dewasa 600 miligram per hari sebagai dosis tunggal, atau dibagi menjadi tiga dosis.
Anak usia di atas 7 tahun
Anak-anak (usia 2 hingga 7 tahun) 200 mg, 2 kali sehari.
Anak-anak (usia 1 bulan hingga 2 tahun) 100 mg, 2 kali sehari.
Keracunan paracetamol Suntik Dewasa Sebagai dosis awal, infus 150 mg/kgBB (maksimal 16.5 g) dilarutkan dalam cairan 200 mL, selama 60 menit.Lanjutkan dengan dosis 50 mg/kgBB (maksimal 5.5 g) dilarutkan dalam cairan 500 mL, selama 4 jam.Selanjutnya 100 mg/kgBB (maksimal 11 g) dilarutkan dalam cairan 1 L, selama 16 jam.
Anak dengan berat di atas 40 kg
Anak dengan berat badan 20-40 kg Sebagai dosis awal, 150 mg/kgBB dilarutkan dalam cairan 100 mL, selama 60 menit.
Lanjutkan dengan dosis 50 mg/kg dilarutkan dalam cairan 250 mL, selama 4 jam.
Lanjutkan kembali dengan 100 mg/kg/BB dilarutkan dalam cairan 500 mL, selama 16 jam.
Anak dengan berat badan di bawah 20 kg Sebagai dosis awal, infus 150 mg/kgBB dilarutkan dalam cairan 3 mL/kgBB, selama 60 menit.Lanjutkan dengan dosis 50 mg/kgBB dilarutkan dalam cairan 7 mL/kgBB, selama 4 jam.
Selanjutnya 100 mg/kgBB dilarutkan dalam cairan 14 mL/kgBB, selama 16 jam.
Menggunakan Acetylcysteine dengan Benar
Gunakan acetylcysteine sesuai anjuran dokter dan jangan lupa untuk membaca keterangan pada kemasan.
Kapsul acetylcysteine sebaiknya langsung ditelan. Jangan mengunyah atau menghancurkan kapsul.
Larutkan satu sachet granul acetylcysteine ke dalam air putih sesuai dengan takaran yang dianjurkan pada label. Aduk larutan sampai merata sebelum diminum.
Untuk tablet effevescent acetylcysteine dilarutkan terlebih dahulu ke dalam segelas air sebelum dikonsumsi. Obat ini wajib diminum tidak lebih dari dua jam setelah dilarutkan.
Untuk sirop kering acetylcysteine, kocok botol terlebih dahulu sebelum membuka tutupnya. Larutkan isi botol sirop kering menggunakan air putih dengan takaran yang sesuai petunjuk pada label, lalu aduk sampai merata. Simpan obat yang sudah dilarutkan ke lemari pendingin dan maksimal hanya boleh digunakan sampai satu minggu ke depan.
Usahakan untuk mengonsumsi acetylcysteine pada jam yang sama setiap harinya agar pengobatan maksimal. Bagi pasien yang lupa mengonsumsi acetylcysteine, disarankan untuk segera melakukannya jika jadwal konsumsi berikutnya tidak terlalu dekat. Jika sudah dekat, abaikan dan jangan menggandakan dosis.
Simpan obat di tempat bersuhu ruangan. Hindarkan dari paparan sinar matahari langsung dan jangkauan anak-anak.
Suntikan acetylcysteine hanya diberikan oleh dokter. Dokter akan memastikan cairan suntik acetylcysteine dalam keadaan baik sebelum digunakan, yaitu tidak terdapat kebocoran dan tidak keruh.
Interaksi Obat
Jangan mengonsumsi acetylcysteine bersamaan dengan antibiotik tetracycline. Pastikan ada jarak setidaknya dua jam sebelum dan sesudah mengonsumsi acetylcysteine ini.
Penggunaan antitusif atau pereda batuk, seperti codeine, juga sebaiknya dihindari selama memakai acetylcysteine, karena berpotensi memicu penumpukan dahak.
Hindari pula penggunaan obat nitrogliserin, karena berpotensi meningkatkan efek melebarkan pembuluh darah dari nitrogliserin.
Kenali Efek Samping dan Bahaya Acetylcysteine
Efek samping yang mungkin timbul setelah menggunakan acetylcysteine adalah:
Mengantuk
Mual
Muntah
Sariawan
Pilek
Demam
Segera temui dokter jika efek samping tidak mereda, juga bila mengalami reaksi alergi, nyeri dada, sesak napas, sakit perut, perdarahan, atau tinja berwarna hitam.
Lihat lebih lanjut mengenai:
Cystic Fibrosis
Pneumonia
Terakhir diperbarui: 5 Juli 2018
Ditinjau oleh : dr. Tjin Willy
Dahak kental yang menempel dan menghambat saluran pernapasan biasanya muncul akibat penyakit pada paru-paru, yang meliputi bronkitis, tuberkulosis, pneumonia, serta cystic fibrosis. Obat ini bekerja dengan cara mengencerkan dahak sekaligus membantu untuk melancarkan saluran pernapasan.
acetylcysteine
Selain itu, acetylcysteine juga digunakan untuk mengatasi efek keracunan akibat konsumsi paracetamol.
Merek dagang: Acetylcysteine, Alstein, Cecyl, Fluimucil, Hidonac, Mucylin, Nalitik, Nytex, Pectocil, Resfar
Tentang Acetylcysteine
Golongan Mukolitik
Kategori Obat resep
Manfaat Mengencerkan dahak
Digunakan oleh Dewasa dan anak-anak
Kategori kehamilan dan menyusui Kategori B: Studi pada binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil.Belum ada studi terkontrol mengenai penyerapan acetylcysteine ke dalam ASI. Bagi ibu menyusui, disarankan untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter agar manfaat dan risikonya dapat dipertimbangkan.
Bentuk obat Tablet effervescent, kapsul, sirop kering, granul, suntik
Peringatan:
Harap berhati-hati dalam menggunakan obat ini bila memiliki riwayat asma atau sakit maag.
Beri tahu dokter jika sedang mengonsumsi obat-obatan lain, termasuk produk herba dan suplemen, untuk menghindari interaksi antar obat atau efek samping obat.
Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.
Dosis Acetylcysteine
Kondisi Jenis obat Usia Dosis
Mengencerkan dahak (mukolitik) Oral Dewasa 600 miligram per hari sebagai dosis tunggal, atau dibagi menjadi tiga dosis.
Anak usia di atas 7 tahun
Anak-anak (usia 2 hingga 7 tahun) 200 mg, 2 kali sehari.
Anak-anak (usia 1 bulan hingga 2 tahun) 100 mg, 2 kali sehari.
Keracunan paracetamol Suntik Dewasa Sebagai dosis awal, infus 150 mg/kgBB (maksimal 16.5 g) dilarutkan dalam cairan 200 mL, selama 60 menit.Lanjutkan dengan dosis 50 mg/kgBB (maksimal 5.5 g) dilarutkan dalam cairan 500 mL, selama 4 jam.Selanjutnya 100 mg/kgBB (maksimal 11 g) dilarutkan dalam cairan 1 L, selama 16 jam.
Anak dengan berat di atas 40 kg
Anak dengan berat badan 20-40 kg Sebagai dosis awal, 150 mg/kgBB dilarutkan dalam cairan 100 mL, selama 60 menit.
Lanjutkan dengan dosis 50 mg/kg dilarutkan dalam cairan 250 mL, selama 4 jam.
Lanjutkan kembali dengan 100 mg/kg/BB dilarutkan dalam cairan 500 mL, selama 16 jam.
Anak dengan berat badan di bawah 20 kg Sebagai dosis awal, infus 150 mg/kgBB dilarutkan dalam cairan 3 mL/kgBB, selama 60 menit.Lanjutkan dengan dosis 50 mg/kgBB dilarutkan dalam cairan 7 mL/kgBB, selama 4 jam.
Selanjutnya 100 mg/kgBB dilarutkan dalam cairan 14 mL/kgBB, selama 16 jam.
Menggunakan Acetylcysteine dengan Benar
Gunakan acetylcysteine sesuai anjuran dokter dan jangan lupa untuk membaca keterangan pada kemasan.
Kapsul acetylcysteine sebaiknya langsung ditelan. Jangan mengunyah atau menghancurkan kapsul.
Larutkan satu sachet granul acetylcysteine ke dalam air putih sesuai dengan takaran yang dianjurkan pada label. Aduk larutan sampai merata sebelum diminum.
Untuk tablet effevescent acetylcysteine dilarutkan terlebih dahulu ke dalam segelas air sebelum dikonsumsi. Obat ini wajib diminum tidak lebih dari dua jam setelah dilarutkan.
Untuk sirop kering acetylcysteine, kocok botol terlebih dahulu sebelum membuka tutupnya. Larutkan isi botol sirop kering menggunakan air putih dengan takaran yang sesuai petunjuk pada label, lalu aduk sampai merata. Simpan obat yang sudah dilarutkan ke lemari pendingin dan maksimal hanya boleh digunakan sampai satu minggu ke depan.
Usahakan untuk mengonsumsi acetylcysteine pada jam yang sama setiap harinya agar pengobatan maksimal. Bagi pasien yang lupa mengonsumsi acetylcysteine, disarankan untuk segera melakukannya jika jadwal konsumsi berikutnya tidak terlalu dekat. Jika sudah dekat, abaikan dan jangan menggandakan dosis.
Simpan obat di tempat bersuhu ruangan. Hindarkan dari paparan sinar matahari langsung dan jangkauan anak-anak.
Suntikan acetylcysteine hanya diberikan oleh dokter. Dokter akan memastikan cairan suntik acetylcysteine dalam keadaan baik sebelum digunakan, yaitu tidak terdapat kebocoran dan tidak keruh.
Interaksi Obat
Jangan mengonsumsi acetylcysteine bersamaan dengan antibiotik tetracycline. Pastikan ada jarak setidaknya dua jam sebelum dan sesudah mengonsumsi acetylcysteine ini.
Penggunaan antitusif atau pereda batuk, seperti codeine, juga sebaiknya dihindari selama memakai acetylcysteine, karena berpotensi memicu penumpukan dahak.
Hindari pula penggunaan obat nitrogliserin, karena berpotensi meningkatkan efek melebarkan pembuluh darah dari nitrogliserin.
Kenali Efek Samping dan Bahaya Acetylcysteine
Efek samping yang mungkin timbul setelah menggunakan acetylcysteine adalah:
Mengantuk
Mual
Muntah
Sariawan
Pilek
Demam
Segera temui dokter jika efek samping tidak mereda, juga bila mengalami reaksi alergi, nyeri dada, sesak napas, sakit perut, perdarahan, atau tinja berwarna hitam.
Lihat lebih lanjut mengenai:
Cystic Fibrosis
Pneumonia
Terakhir diperbarui: 5 Juli 2018
Ditinjau oleh : dr. Tjin Willy