Terjual |
: |
0 |
Disukai |
: |
0 |
Dilihat |
: |
6 |
Stok |
: |
10 |
Nietzshe Membunuh Tuhan. “Tuhan telah mati" atau "Gott ist tot", demikian seruan Nietzsche. Ia telah membunuhnya, kita telah membunuhnya. Siapa di antara kita yang dapat melupakan bahwa Nietzsche, melalui gambaran nabi gelap Zarathustra berseru senang: "Aku Zarathustra yang Tak Bertuhan!" Akan tetapi mengapa, kenapa Nietzsche membunuh sosok Tuhan? Apakah karena besarnya kehendak perasaan kuasa ataukah karena sentimen kebencian, kemarahan, atau malah sentimen dan kecintaannya ataukah karena apa?
Buku ini akan membuka tabir ini, tabir pemberontakan Nietzsche. Nietzsche membenci semua pemuka-pemuka agama, yang disebutnya sebagai pendusta. Ia juga membenci Socrates, Plato, Kant, dan para moralis. Agama dan keyakinan dianggapnya sebagai perusak jiwa-jiwa manusia secara kejam, justru palu Nietzsche-lah (Filsafat Palu) pemerbaik. Ia ingin jiwa-jiwa seluruh Jerman dan dunia menjadi bebas, dalam berkehendak dan tidak terkungkung oleh aturan dan ajaran agama-agama yang selalu menahan-nahan manusia untuk berkeinginan. Nietzsche pernah memiliki ketakutan: para nihilis, ateis, dan dekaden akan mati. Namun itu tidak terjadi. Nietzsche terus memiliki Nietzschean, pecinta, dan pembenci.
Anda termasuk yang mana?