Terjual |
: |
0 |
Disukai |
: |
0 |
Dilihat |
: |
1 |
Stok |
: |
10 |
Bersumber dari pengalaman dua puluh tahun melakukan riset etnografis di Sulawesi, Tania Murray Li menyuguhkan gambaran intim mengenai kemunculan hubungan-hubungan kapitalis di antara penduduk adat di perbukitan yang memprivatisasi lahan bersama mereka demi menanam primadona tanaman komoditas: kakao. Didorong oleh harapan untuk lepas dari kemiskinan dan keterpencilan, sebagian petani adat bertambah makmur sementara sebagian besar lainnya kehilangan lahan dan tak mampu lagi menghidupi keluarga. Tania Li menghadapkan pembaca pada dilema penduduk adat di tengah meningkatnya ketimpangan di antara mereka.
Buku ini membantah narasi modernisasi yang digencarkan oleh badan-badan pembangunan bahwa petani yang kalah dalam persaingan tanaman ekspor bisa berganti kerja ke bidang dan tempat lain. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sedikit membuka lapangan kerja hanya membawa para petani tak bertanah ini ke jalan buntu: habisnya kebun. Buku ini juga menggugat para aktivis gerakan sosial yang jarang memberi perhatian pada proses privatisasi kebun yang dilakukan oleh petani sendiri, dan bukan dipaksakan oleh agribisnis besar atau negara.