Terjual |
: |
0 |
Disukai |
: |
0 |
Dilihat |
: |
0 |
Stok |
: |
10 |
Kaki-kaki para manusia awal menentukan bagaimana peradaban disebarkan dan dibangun. Namun, peradaban modern cenderung meminggirkan peran berjalan kaki sebagai kesadaran budaya. Sering, penemuan-penemuan teknologis yang menopang mobilitas menempatkan peristiwa berjalan kaki sebagai peristiwa udik, primitif, dan jelata.
Dalam buku ini, Gros membawa kita memikirkan berjalan kaki sebagai kebebasan, pengaturan ritme, kesadaran kontemplatif, penaklukkan naluri pada alam liar, peziarahan, ketahanan menghadapi kesendirian-kemonotonan, dan ekspresi kesendirian pembiasaan raga-sekitar yang diwaliki oleh pengalaman hidup para filsuf, pemikir, penulis dan mistikus.
Ketika berjalan, seorang memang tampak sendirian tapi “tidak pernah sepenuhnya sendirian." Para pejalan kaki adalah orang-orang sadar melaju lebih lambat saat dunia menuntut berkejaran dengan kecepatan. Berjalan tidak hanya berurusan dengan diri sendiri, tapi berpaut dengan dimensi ekologi, geografi, politik, medis, intelektual, spiritual, ataupun ekonomi.
Sejarah pernah mencatat berjalan kaki nan spiritual dan politis Mahatma Gandhi diikuti para kaum termiskin di India sebagai epos kolektif untuk mengejek kuasa kolonialisme Inggris di India. Selama 44 hari menuju tepi laut di Dandi, Gandhi memimpin Mars Garam untuk menghapus pajak garam yang dimonopoli pemerintah Inggris. Di India, pekerjaan kaki adalah milik kaum perempuan dan kaum miskin. Gandhi menggunakan “energi-energi ketahanan yang pelan†itu untuk merengkuh kemerdekaan dan menghentikan eksploitasi.
Lain sisi, di kota tempat sebagian lebih manusia tinggal saat ini, berjalan justru menjelma siksaan; terputus, tersendat, dan tidak rata. Sering, berjalan metropolis-metropolis yang sangat melelahkan sekalipun tujuannya rekreasi. Tubuh dibuat frustrasi karena kemacetan, dikejar tenggat, jalur pedestrian rusak parah, etika berkendara terkikis, dan gengsi. Pergerakan komersialisasi dan tuntutan kerja serba cepat membuat anonimitas atau alienasi berlaku. Orang-orang kehilangan aturan dasar perjumpaan, tidak butuh ada sapaan. Mereka sepenuhnya menjadi individu terpisah dari sekitar.